Share

Share |
"Selamat Datang di http://purwanti-radiologisinjai.blogspot.com, di webside ini kami akan memberikan berita terkini seputar kesehatan, pengetahuan dan teknologi "

Rabu, 15 Desember 2010

Pasien RS Kesehatan Gratis Masih Kekurangan Gizi


Rabu, 15 Desember 2010 | 11:04 WITA
Makassar, Tribun - Asupan gizi konsumsi bagi pasien di empat rumah sakit (RS) yang menjadi rujukan program kesehatan gratis di Sulsel masih kurang. Bahkan, masih ditemukan status gizi pasien malnutrisi (kurus dan lebih) kecuali di RS Labuang Baji, Makassar.

Kondisi tersebut berdasarkan data hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sulsel bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unhas.
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan mulai Juli-Desember 2010 di empat RS yakni RSUD Sultan Dg Radja Bulukumba (wilayah selatan), RS Labuang Baji (gerbang selatan Makassar) dan RS Daya (gerbang utara Makassar), serta RSUD Andi Makkasau Parepare (wilayah utara).

Yang mencengangkan, kesehatan mental pasien rawat inap di keempat RS yang menjadi obyek penelitian presentase tertinggi ditemukan adanya gangguan mental emosional, keluhan tidak merasa bahagia, merasa tidak berharga.

Bahkan berpikir mengakhiri hidup ditemukan persentase di bawah 10 persen kecuali di RS Labuang Baji keluhan tidak bahagia mencapai 27,8 persen.
Kepala Balitbangda Sulsel Idrus Hafied, Selasa (14/12), mengatakan, implementasi program kesehatan gratis di layanan RS berdasarkan kepesertaan, kelas perawatan, hak pelayanan sesuai petunjuk teknis program sudah berjalan baik kecuali obat yang masih ditemukan peresepan obat paten maupun pencatatan administrasi keuangan yang tidak standar.

"Pelaksanaan program kesehatan gratis masih diperlukan perbaikan untuk database program Jamkesmas dan Jamkesda," katanya dalam pemaparan hasil program SKPD di lingkup Pemprov Sulsel di kantor Gubernur, Makassar.

Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan pasien yang seharusnya tidak menjadi peserta program kesehatan gratis. Sedangkan kepuasan pasien di keempat RS dipersepsi puas berdasarkan lima dimensi kepuasan. Namun, beberapa sub dimensi masih dipersepsikan buruk oleh pasien seperti perawat yang masih membeda-bedakan dalam pelayanan, kurangnya persediaan alat medis dan non medis, sampai kebersihan lantai kamar mandi dan seprei.

Populasi sampel dalam penelitian yang dipimpin Ketua Tim Pelaksana Dr dr Citrakesumasari Mkes adalah semua pasien rawat inap yang masuk RS di bulan Agustus-September 2010.
Dengan sampel penelitian adalah peserta program kesehatan gratis yang rawat rawat inap di empat RS rujukan program Jamkesda tersebut dengan total 471 pasien.
Terdiri dari 151 sampel di RS Andi Makkasau, 106 di RS Daya, 99 di RS Sultan Dg Rajja, dan 115 di RS Labuang Baji, dengan usia di atas 15 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian itu, Balitbangda merekomendasikan kebijakan agar program kesehatan gratis disempurnakan dalam administrasi database, pelayanan, maupun perbaikan di bidang keuangan. Hafid menambahkan pembiayaan kesehatan diberi porsi yang lebih besar untuk promosi dan langkah preventif terutama masalah kesehatan ibu dan anak. Mengupayakan asupan pasien RS untuk memenuhi asupan gizi. Selain itu, ia mengimbau agar tenaga kesehatan di RS agar tidak memberikan informasi dan kesan perbandingan tindakan pelayanan yang memberi  kesan program ini berkualitas rendah serta meluruskan pengetahuan pasien terutama tentang obat generik.(axa)

Perilaku Merokok Pasien Masih Tinggi
HASIL penelitian tersebut juga menunjukkan perilaku merokok pasien masih tinggi. Pasien yang termasuk perokok aktif mencapai 18,9-31,3 persen yang di atas 50 persen di antaranya adalah laki-laki. Di RS Daya perokok mencapai 52,8 persen, Labuang Baji 63,8 persen, RS Dg Radja 64,4 persen, dan Makkasau 51,6 persen.

Lama kebiasaan merokok berkisar 1-20 tahun dengan menghisap rokok berfilter. Rata-rata jumlah rokok yang diisapo lebih dari 10 batang per hari kecuali pasien di RS Sultan Dg Radja berkisar 6-10 batang per hari.

"Umumnya mereka merokok di tempat ramai kecuali pasien RS Sultan Dg Rajja yang memilih tempat sepi. Semua pasien yang menjadi sampel menghisap rokok secara dalam," jelas Hafied.
Selain itu, karakteristik pasien rawat inap di keempat RS tersebut dengan presentase tertinggi perempuan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, tidak memiliki pendapatan sendiri, kelompok umur produktif 21-60 tahun, dan pendidikan tertinggi SMA. Pasien terbanyak di rawat pada bagian bedah kecuali di RS Daya di bagian interna

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More